Cute Tinkerbell Amalia Domas Pertiwi Susetya

#SIP Desain Aplikasi Psikologi
























































#SIP Artifical Intelligence (AI) & Expert System (Sistem Pakar)

Pada artikel sebelumnya saya sudah membahas Artifical Intelligence yaitu berisi definisi, sejarah, dan hubungannya dengan kognisi manusia. Selanjutnya pada artikel ini saya akan menjelaskan apa itu Expert System?


Expert system atau sistem pakar adalah aplikasi berbasis komputer yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sebagaimana yang dipikirkan oleh pakar. Pakar yang dimaksud disini adalah orang yang mempunyai keahlian khusus yang dapat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh orang awam. Sebuah sistem pakar memiliki 2 komponen utama yaitu basis pengetahuan dan mesin inferensi. Basis pengetahuan merupakan tempat penyimpanan pengetahuan dalam memori komputer, di mana pengetahuan ini diambil dari pengetahuan pakar. Ada banyak cara untuk merepresentasikan pengetahuan diantaranya adalah logika, jaringan semantik, object-atribut-value (OAV), bingkai (frame), dan kaidah produksi (production rule). Mesin inferensi merupakan otak dari aplikasi sistem pakar. Bagian inilah yang menuntun user untuk memasukkan fakta sehingga diperleh suatu kesimpulan. Apa yang dilakukan oleh mesin inferensi ini didasarkan pada pengetahuan yang ada dalam basis pengetahuan (Kusrini, 2008).

Persamaan dan Perbedaan antar Sistem Pakar dengan Kecerdasan Buatan 
  • Persamaannya adalah : sama-sama untuk mencapai hasil yang maksimal dalam memecahkan masalah, dan 
  • Perbedaannya adalah : sistem pakar mengacu pada si pembuatnya atau seseorang yang ahli dalam suatu bidangnya atau mengacu pada si perancang itu sendiri sebagai objek dalam menyiapkan suatu sistem guna mendapatkan hasil yang maksimal, sedangkan AI mengacu pada jalur atau langkah yang berorientasi pada hardware guna mencapai yang maksimal. Sistem Pakar juga merupakan bagian dari Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, dimana letak persamaannya adalah sama-sama untuk mencapai hasil yang maksimal dalam memecahkan masalah, dan perbedaannya adalah sistem pakar mengacu pada si pembuatnya atau seseorang yang ahli dalam suatu bidangnya atau mengacu pada si perancang itu sendiri sebagai objek dalam menyiapkan suatu sistem guna mendapatkan hasil yang maksimal, sedangkan AI mengacu pada jalur atau langkah yang berorientasi pada hardware guna mencapai yang maksimal.Dapat disimpulkan Sistem Pakar merupakan bagian dari AI, dimana selain sistem pakar yang menggunakan AI, ada beberapa yang lain diantarnya games, logika Fuzzy, jaringan saraf tiruan, dan robotika.
Dapat disimpulkan Sistem Pakar merupakan bagian dari AI, dimana selain sistem pakar yang menggunakan AI, ada beberapa yang lain diantarnya games, logika Fuzzy, jaringan saraf tiruan, dan robotika.

Komponen Utama Sistem Pakar 


a.  User Interface (antarmuka pemakai)
Memungkinkan pemakai untuk berinteraksi dengan sistem pakar. User interface digunakan manajer untuk mengberikan instruksi dan informasi ke dalam sistem pakar dan menerima informasi dari sistem pakar.
·       Input Sistem : untuk mempermudah dialog dua arah antara sistem dan pemakai dengan menampilkan teknik tanya jawab dan pengisian formulir, kemudian muncul bahasa perintah dan menu elektronik dan sistem manajemen database.
·       Output Sistem : untuk menyarankan pemecahan masalah.

b. Knowledge Base (basis pengetahuan)
Berisi pengetahuan-pengetahuan (gabungan) dalam memahami, merumuskan, dan menyelesaikan masalah. Knowledge Base adalah bagian dari sistem pakar yang berisi domain pengetahuan yang terdiri dari fakta yang menggambarkan area problem dan juga teknik penyajian yang menggunakan fakta sesuai logika. Domain pengetahuan seorang pakar pada dasarnya adalah spesifik terhadap domain masalah.

c. Inference Engine (mesin inferensi)
Bertugas menganalisis pengetahuan, memberikan kemampuan penalaran dan menarik kesimpulan berdasarkan knowledge base.

d. Development Engine 
Komponen yang digunakan untuk mengolah sistem pakar, terdiri dari bahasa pemrograman.

Langkah-langkah perancangan Sistem Pakar 
1.    Menentukan batasan-batasan atau bidang konsentrasi dari sebuah sistem pakar yang akan dirancang.
2.    Memilih jenis keputusan yang diambil.
3.    Membuat pohon keputusan (decision tree).
4.    Menuliskan IF-THEN rules.
5.    Merancang antarmuka pengguna (user interface).

Contoh Aplikasi Sistem Pakar :

ELIZA, PARRY, dan NETTALK merupakan chatterbotChatterbot adalah sebuah program komputer yang dirancang untuk menstimulasikan percakapan intelektual dengan satu atau lebih manusia baik secara audio maupun teks. Chatterbot dikategorikan sebagai kecerdasan buatan (atau artificial intelligence). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ELIZA, PARRY, dan NETTALK merupakan bagian dari artificial intelligence atau kecerdasan buatan.

1.  ELIZA

ELIZA ditulis di MIT oleh Joseph Weizenbaum antara tahun 1964 dan 1966. ELIZA merupakan simulasi dari psikoterapi Rogerian, dan dibuat seolah-olah percakapan antara psikolog dan pasiennya dan dalam hal ini ELIZA berperan sebagai terapis. ELIZA merupakan chatbotter pertama. Chatbotter merupakan sebuah program komputer yang dirancang untuk menstimulasi percakapan intelektual dengan satu atau lebih manusia secara audio maupun teks.

2.  PARRY


PARRY ditulis tahun 1972 oleh psikiater Kenneth Colby. PARRY mensimulasi dari schizophrenia paranoid berdasarkan konsep, konseptualisasi dan kepercayaan (penilaian tentang konseptualisasi: penerimaan, penolakan, dan netral). PARRY juga menggunakan strategi percakapan dan merupakan program lanjutan dari ELIZA.

3.  NETTALK


NETTALK  adalah jaringan saraf tiruan. Ini adalah hasil dari penelitian yang dilakukan dipertengahan 1980-an oleh Terrence Sejnowski dan Charles Rosenberg. Maksud dibalik NETTALK adalah untuk membangun model sederhana yang mungkin menjelaskan kompleksitas pembelajaran tingkat manusia dalam tugas-tugas kognitif, dan pelaksanaannya sebagai model koneksionis yang juga bisa belajar untuk melakukan tugas yang sebanding.


Sumber :

H. A. Simon. (1987). Sistem Pakar Teori dan Aplikasi. Andi Yogyakarta : Yogyakarta.

Kusrini. (2008). Aplikasi Sistem Pakar. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Umar, H. (2000). Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

McLeod, R., dan Schell, G. P. (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Solso, Robert L, dkk. (2009).  Psikologi Kognitif. Jakarta : Erlangga.

*Pictures are from Google 



#SIP Artifical Intelligence

Apa sih yang dimaksud dengan kecerdasan buatan atau biasa disebut dengan artificial intelligence? dan bagaimana sih awal dari terciptanya kecerdasan buatan ini? Nah, sekarang disimak ya karena saya akan membahas tentang kecerdasan buatan itu sendiri...

A) Definisi Artifical Intellegence

Sebelumnya apakah kalian tahu apa itu AI (Artificial Intelligence)? Kecerdasan Buatan (bahasa Inggris: Artificial Intelligence atau AI) didefinisikan sebagai kecerdasan yang ditunjukkan oleh suatu entitas buatan. Sistem seperti ini umumnya dianggap komputer. Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu mesin komputer agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. Contohnya adalah kemampuan untuk menjawab diagnosa dan pertanyaan pelanggan, perencanaan dan penjadwalan, pengendalian, serta pengenalan tulisan tangan, suara dan wajah. Hal-hal seperti itu telah menjadi disiplin ilmu tersendiri, yang memusatkan perhatian pada penyediaan solusi masalah di kehidupan yang nyata. Terdapat macam-macam bidang yang menggunakan kecerdasan buatan diantaranya yaitu: game komputer, sistem pakar, jaringan syaraf tiruan, logika fuzzy dan robotika. Tujuan dari AI adalah untuk memecahkan persoalan dunia nyata "bersifat praktis" dan memahami intelijensia "bersifat memahami". AI merupakan salah satu bagian ilmu komputer yang mempelajari tentang bagaimana cara membuat agar komputer dapat melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan oleh manusia. Pada awal diciptakannya, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung saja. Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka peran komputer semakin mendominasi kehidupan umat manusia. Komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai alat hitung, lebih dari itu, komputer diharapkan untuk dapat diberdayakan untuk mengerjakan segala sesuatu yang bisa dikerjakan oleh manusia.


B) Sejarah Artifical Intellegence (AI)

Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan termasuk bidang ilmu yang relatif muda. Pada tahun 1950-an para ilmuwan dan peneliti mulai memikirkan bagaimana caranya agar mesin dapat melakukan pekerjaannya seperti yang bisa dikerjakan oleh manusia. Alan Turing, seorang matematikawan Inggris pertama kali mengusulkan adanya tes untuk melihat bisa tidaknya sebuah mesin dikatakan cerdas. Hasil tes tersebut kemudian dikenal dengan Turing Test, dimana si mesin tersebut menyamar seolah-olah sebagai seseorang di dalam suatu permainan yang mampu memberikan respon terhadap serangkaian pertanyaan yang diajukan. Turing beranggapan bahwa, jika mesin dapat membuat seseorang percaya bahwa dirinya mampu berkomunikasi dengan orang lain, maka dapat dikatakan bahwa mesin tersebut cerdas (seperti layaknya manusia).
Kecerdasan buatan sendiri dimunculkan oleh seorang profesor dari Massachusetts Institute of Technology yang bernama John McCarthy pada tahun 1956 pada Dartmouth Conference yang dihadiri oleh para peneliti artificial intelligence. Pada konferensi tersebut juga didefinisikan tujuan utama dari kecerdasan buatan, yaitu mengetahui dan memodelkan proses-proses berpikir manusia dan mendesain mesin agar dapat menirukan kelakuan manusia tersebut.
Pada awalnya, kecerdasan buatan hanya ada di universitas-universitas dan laboratorium penelitian, serta hanya sedikit produk yang dihasilkan dan dikembangkan. Menjelang akhir 1970-an dan 1980-an, mulai dikembangkan secara penuh dan hasilnya berangsur-angsur dipublikasikan dikhalayak umum. Permasalahan di dalam kecerdasan buatan akan selalu bertambah dan berkembang seiring dengan laju perkembangan zaman menuju arah globalisasi dalam setiap aspek kehidupan manusia, yang membawa persoalan-persoalan yang semakin beragam pula.
Program kecerdasan buatan lebih sederhana dalam pengoperasiannya, sehingga banyak membantu pemakai. Program konvensional dijalankan secara prosedural dan kaku, rangkaian tahap solusinya sudah didefinisikan secara tepat oleh pemrogramnya. Sebaliknya, pada program kecerdasan buatan untuk mendapatkan solusi yang memuaskan dilakukan pendekatan trial and error, mirip seperti apa yang dilakukan oleh manusia.

Artificial Intelligence Zaman Dahulu
Komputer yang paling umum digunakan saaat ini adalah rancangan ahli matematika Hungaria, John Von Neumann (1958) disebut Computer Johniacs atau rangkain prosessor, berupa jalinan jalur elektronik yang diproses dalam beberapa seri atau dengan urutan tertentu.

Artificial Intelligence Saat Ini
Generasi komputer atau ilmuan kognisi saat ini lebih optimis dengan kemampuan sebuah mesin untuk memancing fungsi neuron. Salah satu perubahan tebaru dari perseptron adalah konsepnya. Ketimbang menganggap otak komputer sebagai alat input dan output saja, para ilmuan menambahkan lapisan ketiga, yaitu lapisan tersembunyi. Lapisan tersembunyi ini menanggapi neuron dalam otak, yang berhubungan dengan input atau output saja, tetapi tentunya dengan tetap menghubungkan jalinan satu dengan neuron yang lain. Model ini lebih mewakili otak manusia dan mampu menyaingi koneksi sementara.

C) Hubungan Artifical Intellegence (AI) & Kognisi Manusia


Keterkaitan antara AI dengan kognisi manusia dapat ditunjukkan dengan konsep AI, di antaranya adalah :


1.  Turing Test – Metode Pengujian Kecerdasan

Turing test merupakan sebuah metode pengujian kecerdasan yang dibuat oleh Alan Turing. Proses uji ini melibatkan seorang penanya (manusia) dan dua objek yang ditanyai. Yang satu adalah seorang manusia dan satunya adalah sebuah mesin yang akan diuji. Penanya tidak dapat melihat langsung objek yang ditanyai. Penanya diminta untuk membedakan mana jawaban komputer dan mana jawaban manusia berdasarkan jawaban kedua objek tersebut. Jika penanya tidak dapat membedakan mana jawaban mesin dan mana jawaban manusia maka Turing berpendapat bahwa mesin yang diuji tersebut dapat diasumsikan ‘cerdas’.

2.  Pemrosesan Simbolik

Komputer semula didesain untuk memproses bilangan/angka-angka (pemrosesan numerik). Sementara manusia dalam berpikir dan menyelesaikan masalah lebih bersifat simbolik, tidak didasarkan pada sejumlah rumus atau melakukan komputasi matematis. Sifat penting dari AI adalah bahwa AI merupakan bagian dari ilmu komputer yang melakukan proses secara simbolik dan non-algoritmik dalam penyelesaian masalah.

3.  Heuristic
Istilah heuristic diambil dari bahasa Yunani yang berarti menemukan. Heuristic merupakan suatu strategi untuk melakukan proses pencarian ruang masalah secara selektif, yang memandu proses pencarian yang kita lakukan di sepanjang jalur yang memiliki kemungkinan sukses paling besar.
4.  Penarikan kesimpulan
AI mencoba membuat mesin yang memiliki kemampuan berpikir atau mempertimbangkan. Kemampuan berpikir termasuk di dalamnya proses penarikan kesimpulan berdasarkan fakta-fakta dan aturan dengan menggunakan metode heuristic atau metode pencarian lainnya.
5.  Pencocokan pola
AI bekerja dengan metode pencocokan pola yang berusaha untuk menjelaskan objek, kejadian atau proses, dalam hubungan logis atau komputasional.

Selain ditunjukkan dengan konsep, keterkaitan antara AI dengan kognisi manusa juga ditunjukkan melalui kelebihan dan kelebihan yang dimiliki masing-masing.

Jika dibandingkan dengan kognisi manusia, ada beberapa keuntungan dari AI, yaitu :
1.  Lebih permanen.
2.  Memberikan kemudahan dalam duplikasi dan penyebaran.
3.  Relatif lebih murah dari kecerdasan alamiah.
4.  Konsisten dan teliti.
5.  Dapat didokumentasi.
6. Dapat mengerjakan beberapa tugas dengan lebih cepat dan lebih baik dibanding manusia.

Sedangkan kelebihan kognisi manusia dibanding AI adalah,
1.  Bersifat lebih kreatif.
2.  Dapat melakukan prose pembelajaran secara langsung, sementara AI harus mendapatkan masukan berupa symbol dan representasi-representasi.
3.  Menggunakan focus yang luas sebagai referensi untuk pengambilan keputusan.

Komputer dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang objek, kegiatan, proses, dan dapat memproses sejumlah besar informasi dengan lebih efisien daripada yang dapat dikerjakan manusia. Namun di sisi lain, dengan menggunakan insting, manusia dapat melakukan hal yang sulit untuk deprogram pada komputer. Manusia dapat mengenali hubungan antara beberapa hal, menilai kualitas dan menemukan pola yang menjelaskan hubungan tersebut.


Sumber

Kusumadewi, S. (2003). Artificial Intelligence: teknik dan aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Martiana, E., Badriyah, T., & Sigit, R. (2005). Introduction to artificial Intelligence Surabaya: Politeknik Elektronika Negeri.

Kusrini. (2006). Sistem pakar, teori dan aplikasi. Yogyakarta: C. V. Andi Offset.

Konar, A. (1999). Artificial intelligence and soft computing: behavioral and cognitive of the human brain. USA: CRS Press.