Apa sih yang
dimaksud dengan kecerdasan buatan atau biasa disebut dengan artificial
intelligence? dan bagaimana sih awal dari terciptanya kecerdasan buatan
ini? Nah, sekarang disimak ya karena saya akan membahas tentang kecerdasan
buatan itu sendiri...
Sebelumnya apakah kalian tahu apa itu AI (Artificial Intelligence)? Kecerdasan Buatan (bahasa Inggris: Artificial Intelligence atau AI) didefinisikan sebagai kecerdasan yang ditunjukkan oleh suatu entitas buatan. Sistem seperti ini umumnya dianggap komputer. Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu mesin komputer agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. Contohnya adalah kemampuan untuk menjawab diagnosa dan pertanyaan pelanggan, perencanaan dan penjadwalan, pengendalian, serta pengenalan tulisan tangan, suara dan wajah. Hal-hal seperti itu telah menjadi disiplin ilmu tersendiri, yang memusatkan perhatian pada penyediaan solusi masalah di kehidupan yang nyata. Terdapat macam-macam bidang yang menggunakan kecerdasan buatan diantaranya yaitu: game komputer, sistem pakar, jaringan syaraf tiruan, logika fuzzy dan robotika. Tujuan dari AI adalah untuk memecahkan persoalan dunia nyata "bersifat praktis" dan memahami intelijensia "bersifat memahami". AI merupakan salah satu bagian ilmu komputer yang mempelajari tentang bagaimana cara membuat agar komputer dapat melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan oleh manusia. Pada awal diciptakannya, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung saja. Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka peran komputer semakin mendominasi kehidupan umat manusia. Komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai alat hitung, lebih dari itu, komputer diharapkan untuk dapat diberdayakan untuk mengerjakan segala sesuatu yang bisa dikerjakan oleh manusia.
B) Sejarah Artifical Intellegence (AI)
Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan termasuk
bidang ilmu yang relatif muda. Pada tahun 1950-an para ilmuwan dan peneliti
mulai memikirkan bagaimana caranya agar mesin dapat melakukan pekerjaannya
seperti yang bisa dikerjakan oleh manusia. Alan Turing, seorang matematikawan
Inggris pertama kali mengusulkan adanya tes untuk melihat bisa tidaknya sebuah
mesin dikatakan cerdas. Hasil tes tersebut kemudian dikenal dengan Turing Test,
dimana si mesin tersebut menyamar seolah-olah sebagai seseorang di dalam suatu
permainan yang mampu memberikan respon terhadap serangkaian pertanyaan yang
diajukan. Turing beranggapan bahwa, jika mesin dapat membuat seseorang percaya
bahwa dirinya mampu berkomunikasi dengan orang lain, maka dapat dikatakan bahwa
mesin tersebut cerdas (seperti layaknya manusia).
Kecerdasan buatan sendiri dimunculkan oleh seorang
profesor dari Massachusetts Institute of Technology yang bernama John
McCarthy pada tahun 1956 pada Dartmouth Conference yang dihadiri oleh para
peneliti artificial intelligence. Pada konferensi tersebut juga
didefinisikan tujuan utama dari kecerdasan buatan, yaitu mengetahui dan
memodelkan proses-proses berpikir manusia dan mendesain mesin agar dapat
menirukan kelakuan manusia tersebut.
Pada awalnya, kecerdasan buatan hanya ada di
universitas-universitas dan laboratorium penelitian, serta hanya sedikit produk
yang dihasilkan dan dikembangkan. Menjelang akhir 1970-an dan 1980-an, mulai
dikembangkan secara penuh dan hasilnya berangsur-angsur dipublikasikan
dikhalayak umum. Permasalahan di dalam kecerdasan buatan akan selalu bertambah
dan berkembang seiring dengan laju perkembangan zaman menuju arah globalisasi
dalam setiap aspek kehidupan manusia, yang membawa persoalan-persoalan yang
semakin beragam pula.
Program kecerdasan buatan lebih sederhana dalam
pengoperasiannya, sehingga banyak membantu pemakai. Program konvensional
dijalankan secara prosedural dan kaku, rangkaian tahap solusinya sudah
didefinisikan secara tepat oleh pemrogramnya. Sebaliknya, pada program
kecerdasan buatan untuk mendapatkan solusi yang memuaskan dilakukan pendekatan trial
and error, mirip seperti apa yang dilakukan oleh manusia.
Artificial Intelligence Zaman Dahulu
Komputer
yang paling umum digunakan saaat ini adalah rancangan ahli matematika
Hungaria, John Von Neumann (1958) disebut Computer Johniacs atau
rangkain prosessor, berupa jalinan jalur elektronik yang diproses dalam beberapa
seri atau dengan urutan tertentu.
Artificial Intelligence Saat Ini
Generasi
komputer atau ilmuan kognisi saat ini lebih optimis dengan kemampuan sebuah
mesin untuk memancing fungsi neuron. Salah satu perubahan tebaru dari
perseptron adalah konsepnya. Ketimbang menganggap otak komputer sebagai alat
input dan output saja, para ilmuan menambahkan lapisan ketiga, yaitu lapisan
tersembunyi. Lapisan tersembunyi ini menanggapi neuron dalam otak, yang
berhubungan dengan input atau output saja, tetapi tentunya dengan tetap
menghubungkan jalinan satu dengan neuron yang lain. Model ini lebih mewakili
otak manusia dan mampu menyaingi koneksi sementara.
C) Hubungan Artifical Intellegence (AI) & Kognisi Manusia
Keterkaitan antara AI dengan kognisi
manusia dapat ditunjukkan dengan konsep AI, di antaranya adalah :
1. Turing Test – Metode Pengujian
Kecerdasan
Turing test merupakan sebuah metode
pengujian kecerdasan yang dibuat oleh Alan Turing. Proses uji ini melibatkan
seorang penanya (manusia) dan dua objek yang ditanyai. Yang satu adalah seorang
manusia dan satunya adalah sebuah mesin yang akan diuji. Penanya tidak dapat
melihat langsung objek yang ditanyai. Penanya diminta untuk membedakan mana
jawaban komputer dan mana jawaban manusia berdasarkan jawaban kedua objek
tersebut. Jika penanya tidak dapat membedakan mana jawaban mesin dan mana
jawaban manusia maka Turing berpendapat bahwa mesin yang diuji tersebut dapat
diasumsikan ‘cerdas’.
2. Pemrosesan Simbolik
Komputer semula didesain untuk
memproses bilangan/angka-angka (pemrosesan numerik). Sementara manusia dalam
berpikir dan menyelesaikan masalah lebih bersifat simbolik, tidak didasarkan
pada sejumlah rumus atau melakukan komputasi matematis. Sifat penting dari AI
adalah bahwa AI merupakan bagian dari ilmu komputer yang melakukan proses
secara simbolik dan non-algoritmik dalam penyelesaian masalah.
3. Heuristic
Istilah heuristic diambil dari
bahasa Yunani yang berarti menemukan. Heuristic merupakan suatu strategi untuk
melakukan proses pencarian ruang masalah secara selektif, yang memandu proses
pencarian yang kita lakukan di sepanjang jalur yang memiliki kemungkinan sukses
paling besar.
4. Penarikan kesimpulan
AI mencoba membuat mesin yang
memiliki kemampuan berpikir atau mempertimbangkan. Kemampuan berpikir termasuk
di dalamnya proses penarikan kesimpulan berdasarkan fakta-fakta dan aturan
dengan menggunakan metode heuristic atau metode pencarian lainnya.
5. Pencocokan pola
AI bekerja dengan metode pencocokan
pola yang berusaha untuk menjelaskan objek, kejadian atau proses, dalam
hubungan logis atau komputasional.
Selain ditunjukkan dengan konsep,
keterkaitan antara AI dengan kognisi manusa juga ditunjukkan melalui kelebihan
dan kelebihan yang dimiliki masing-masing.
Jika dibandingkan dengan kognisi
manusia, ada beberapa keuntungan dari AI, yaitu :
1. Lebih permanen.
2. Memberikan kemudahan dalam duplikasi
dan penyebaran.
3. Relatif lebih murah dari kecerdasan
alamiah.
4. Konsisten dan teliti.
5. Dapat didokumentasi.
6. Dapat mengerjakan beberapa tugas
dengan lebih cepat dan lebih baik dibanding manusia.
Sedangkan kelebihan kognisi manusia
dibanding AI adalah,
1. Bersifat lebih kreatif.
2. Dapat melakukan prose pembelajaran
secara langsung, sementara AI harus mendapatkan masukan berupa symbol dan
representasi-representasi.
3. Menggunakan focus yang luas sebagai
referensi untuk pengambilan keputusan.
Komputer dapat digunakan untuk
mengumpulkan informasi tentang objek, kegiatan, proses, dan dapat memproses sejumlah
besar informasi dengan lebih efisien daripada yang dapat dikerjakan manusia.
Namun di sisi lain, dengan menggunakan insting, manusia dapat melakukan hal
yang sulit untuk deprogram pada komputer. Manusia dapat mengenali hubungan
antara beberapa hal, menilai kualitas dan menemukan pola yang menjelaskan
hubungan tersebut.
Sumber
Kusumadewi, S. (2003). Artificial Intelligence: teknik dan aplikasinya.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Martiana, E., Badriyah, T., &
Sigit, R. (2005). Introduction to
artificial Intelligence Surabaya: Politeknik Elektronika Negeri.
Kusrini.
(2006). Sistem pakar, teori
dan aplikasi. Yogyakarta: C. V. Andi Offset.
Konar,
A. (1999). Artificial
intelligence and soft computing: behavioral and cognitive of the human brain.
USA: CRS Press.
informasinya sangat bagus sekali kak
BalasHapusseva